Demo Dengan Mengucapkan Kata Tak Senonoh, Ada Apa Dengan Mahasiswa Sekarang?

Berkaca dari demo mahasiswa Gorontalo, ada apa dengan mahasiswa sekarang? Moral dan akhlaknya begitu rendah.

Viral sekali video tentang seorang mahasiswa dari Universitas Negeri Gorontalo yang melakukan orasi dengan begitu gagahnya. Berdiri di atas mobil bak terbuka. Bagaikan singa gurun, dia berteriak lantang. Meneriakkan protes atas ketidakadilan yang terjadi. Dan di akhir teriakannya yang menggelegar, dia berteriak “Presiden Republik Indonesia k****l”.

Dan seperti biasa, langsung viral. Namanya terkenal ke seluruh Indonesia. Berbagai macam makian dan kecaman ditujukan ke mahasiswa tersebut. Dan seperti biasanya juga, setelah viral pasti ada video klarifikasi atau permintaan maaf.

Dan itulah yang terjadi. Mahasiswa yang bersangkutan membuat video permintaan maaf. Permintaan maaf yang ditujukan ke segenap orang-orang yang mungkin merasa terluka akibat perkataannya di atas bak mobil terbuka itu.

Mahasiswa yang bagaikan singa gurun di atas mobil bak terbuka, kini terlihat seperti kucing ketahuan mencuri ikan dan disiram air. Kusut sambil memyampaikan permohonan maaf atas keributan yang terjadi akibat orasinya itu.

Mengapa mahasiswa sekarang begitu cupet pikirnya? Begitu dangkal pemikirannya? Apakah ketika berorasi, dia tidak melihat dulu konteksnya? Apakah ketika menyampaikan pendapat dalam berdemo, mereka tidak menganalisis dulu permasalahannya?

Demo mahasiswa dari Universitas Negeri Gorontalo itu adalah demo menentang kenaikan harga BBM. Sebagai mahasiswa, wajarlah mereka berdemo meneriakkan kegelisahan masyarakat.

Kita semua juga kurang setuju dengan opsi kenaikan harga BBM ini. Tetapi ketika berdemo, kemudian meneriakkan kata-kata yang tidak senonoh, apakah itu beradab? Apalagi hal itu ditujukan kepada pemimpin negara sendiri. Dengan menyebut nama negaranya lagi. ‘Presiden Republik Indonesia.”

Di mana adabnya seorang anak muda ke orang yang lebih tua? Protes boleh. Demo wajar. Tetapi, kembali lagi, ketika adab berdemonya sudah tidak ada, apakah kita akan menaruh respek? Sama sekali tidak.

Kalau mau mengumpat, slahkan. Tetapi jangan mengumpat menggunakan kata-kata yang tidak sepantasnya. Apalagi itu ditujukan ke orang yang lebih tua. Ke seorang Presiden lagi.

Ketika celaan itu datang, muncullah video permintaan maaf. Tidakkah mahasiswa itu sadar, perbuatannya itu merugikan dirinya sendiri? Tidakkah dia sadar, apa yang dia lakukan itu justru menutup rezekinya di masa depan?

Pada seorang Presiden yang sudah begitu baik saja tindakannya seperti itu. Bagaimana nanti tindakannya kepada pimpinan tempat dia bekerja?

Saya yakin, saat ini banyak pimpinan perusahaan yang mencatat nama mahasiswa itu dalam daftar calon pekerja yang patut ditolak. Mereka tentu saja takut kalau di’’k***ol-k***olkan oleh mahasiswa itu. Daripada nanti merugikan citra perusahaan dan merugikan citra diri, lebih baik menutup diri untuk mahasiswa tersebut. Dan itu bukan sebuah keniscayaan.

Mahasiswa tersebut, sebut saja namanya Yunus Pasau, tidak ditahan. Salah satu alasannya adalah mahasiswa tersebut sedang mengejar cita-citanya. Karena itu, agar belajarnya tidak terganggu, mahasiswa tersebut tidak ditahan. Lagipula, si Yunus ini juga dianggap sebagai asset bangsa.

Tapi muncul pertanyaan di hati saya. Apa cita-cita si Yunus Pasau itu? Cita-cita apa yang sedang dia kejar sehingga dia tidak ditahan? Lalu, dia juga asset bangsa? Auk ah… elap….

Memang, tidak semua mahasiswa seperti si Yunus itu. Masih banyak mahasiswa yang lebih baik. tetapi ibarat kata, gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga. Citra mahasiswa menjadi rusak, menjadi jatuh ke titik nadir.

Apalagi dalam video permintaan maaf yang beredar tidak ada menyebutkan akan menanggung konsekuensi yang ditimbulkan akibat tindakan yang dia lakukan. Dia hanya meminta maaf. Akan menjadi lain bila pada akhir video dia berkata:

“Karena itu, saya siap menanggung semua konsekuensi yang diakibatkan oleh tindakan saya. Saya akan menanggung semua konsekuensinya. Apapun itu, termasuk konsekuensi hukum akibat tindakan saya yang merugikan banyak orang ini.”

Apabila iya, jempol dah. Nama dia akan pulih. Orang akan melihat dia sebagai mahasiswa yang bertanggung jawab, yang menyadari kesalahannya dan siap menanggung semua konsekuensi sebagai wujud tanggung jawabnya.

Sayangnya, (mudah-mudahan saya salah karena tidak ada di video yang viral) hal itu tidak terjadi. Dan itu sekali lagi menjadi catatan buram mahasiswa milenial.

 

Salam sehat Indonesia

Nugraha, penggiat literasi media

 

#WarasBernegara

#SayaSPARTAN

 

Sumber:

https://makassar.kompas.com/read/2022/09/04/165600478/viral-mahasiswa-di-gorontalo-maki-presiden-saat-demo-minta-maaf-dan

https://www.detik.com/sulsel/hukum-dan-kriminal/d-6272194/mahasiswa-gorontalo-hina-presiden-saat-demo-tolak-kenaikan-bbm-dipulangkan

 

Exit mobile version