Dikutip dari Tempo.co, Kominfo bekerja sama dengan Katadata Insight Center baru-baru ini merilis hasil surveynya terhadap tingkat literasi digital di indonesia berdasarkan propinsi. Yang mengherankan, dari 10 besar teratas, tak ada nama DKI Jakarta.
Survei tersebut dilakukan dengan tatap muka di 34 provinsi dari 4 Oktober hingga 24 Oktober 2021.
Hasilnya, secara nasional indeks literasi digital Indonesia 2021 mencapai 3.49 dari skala 1-5, atau naik dari tahun sebelumnya yakni 3.46. Sedangkan daerah yang memiliki skor tertinggi adalah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan nilai 3,71.
Berikut daftarnya:
1. DI Yogyakarta 3,71
2. Kepulauan Riau 3,68
3. Kalimantan Timur 3,62
4. Sumatera Barat 3,61
5. Gorontalo 3,61
6. Papua Barat 3,61
7. Nusa Tenggara Timur 3,60
8. Kalimantan Barat 3,58
9. Aceh 3,57
10. Kalimantan Utara 3,57
Masih mengutip sumber yang sama, untuk mengupas status literasi digital ini, survei ini terbagi menjadi empat kategori, terdiri dari kecakapan digital, etika digital, keamanan digital, dan budaya digital. Masing-masing skor dari kategori tersebut yaitu 3.53, 3.44, 3.10, dan 3,90. Budaya digital mendapat skor tertinggi sedangkan terendah adalah keaman digital.
Adapun total responden berjumlah 10 ribu orang dengan margin of error sekitar 0,98 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Samuel Abrijani Pangerapan mengatakan pemerintah akan terus mempercepat dan mengawal tingkat literasi digital masyarakat.
Mengapa Tak Ada Nama Jakarta di 10 Besar?
Tak adanya nama Jakarta dalam 10 besar dari daftar hasil survey di atas terbilang mengherankan. Sebagai ibukota negara, seharusnya Jakarta menjadi barometer Indonesia, termasuk dalam hal literasi digital.
Sayangnya Kominfo tak merinci alasan mengapa Jakarta tak termasuk. Maka, yang bisa kita bedah hanyalah berdasarkan apa katagori dalam materi surveynya. Itu berarti berdasarkan kecakapan, etika, keamanan dan budaya digital.
Atas 4 hal tersebut, Jakarta bisa tak termasuk kota dengan literasi digital terbaik memang butuh penelitian khusus untuk dapatkan sebab yang pasti. Namun, sebagai dugaan, bisa kita sebutkan beberapa faktor berikut ini yang mengondisikannya:
- Kepadatan lalu lintas. Terlihat seperti tak ada hubungan, namun lalu lintas lancar sangat berkontribusi pada tersedianya waktu luang bagi seseorang untuk berselancar di dunia maya. Warga Jakarta kebanyakan merupakan pekerja kantoran. Kemacetan di jalanan menyebabkan waktu tempuh antara rumah dan kantor jadi berlipat kali. Pas sampai kantor, sudah saatnya langsung tenggelam dalam kerjaan atau sebaliknya pas sampai rumah, sudah dalam kecapean yang luar biasa. Ini menyebabkan warga Jakarta jarang berliterasi digital secara semestinya.
- Jika pun berhasil berselancar, bisanya di akhir pekan. Ini menyebabkan mereka jadi telat informasi atau malah paling parah tidak pahami sesuatu isu atau kasus secara tuntas. Akibanya, kalaupun nimbrung, kadang bias atau lari keluar konteks.
- Kehidupan di ibukota itu keras. BIsa jadi, tabiat hidup ril terbawa pula ke dunia maya. akibatnya, etika berdigital jadi terlihat lemah walaupun tingkat pendidikan formalnya tinggi-tinggi.
Demikian kiranya yang bisa diduga sebagai penyebabJakarta tak masuk 10 Besar Daerah dengan Tingkat Literasi Digital yang tinggi. Namanya dugaan, tentu tak pasti benar. Untuk memastikan penyebab, tak ada cara lain khusus Jakarta perlu dibuat penelitian khusus yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.