Masih ingat berita di awal tahun 2022 ini yaitu kasus kekerasan yang dilakukan pelajar di Makassar, Kasusnya teramat ganjil karena pihak sekolah membela kelakukan siswanya dengan mengklaim bahwa itu hanya demi konten saja dengan mendengar penuturan sepihak para siswanya. Padahal pihak orang tua korban mengakui ada kekerasan alias perundungan yang terjadi. Menyedihkan, pihak sekolah yang mungkin mau menjaga citranya atau tidak melakukan penyelidikan yang obyektif. Karena itu sangat relevan himbauan Kominfo soal pentingnya literasi digital ini.
Kementerian Kominfo terus konsisten menekankan pentingnya literasi digital dalam meningkatkan kecakapan masyarakat menggunakan media berbasis digital secara etis dan aman, demikian penjelasan Juru Bicara Kementerian Kominfo Dedy Permadi kepada Antara melalui pesan singkat yang diterima di Jakarta, Kamis.
Dedy mengatakan literasi digital yang dimaksud tidak hanya soal keterampilan digital secara teknis, tetapi juga etika digital, budaya digital, dan keamanan atau keselamatan digital. Penulis setuju karena dengan literasi digital khususnya di kalangan pelajar ditambah budaya digital yang menekankan pentingnya etika dan keamanan bersama dalam berinternet, akan mendorong pemanfaatan internet secara positif oleh para pelajar. Ditambah lagi dengan memberdayakan.
Karena tanpa literasi digital baik di kalangan pelajar dan khususnya di kalangan pendidik maka akan sangat sulit memberikan contoh atau model serta teladan bagi masyarakat. Pelajar butuh tak hanya sosialisasi atau arahan tapi praktik yang nyata. Sayangnya hal ini tak terjadi ketika muncul kasus konten kekerasan di Makassar yang penulis singgung di awal.
Parahnya adalah, dilansir via media VOI bahwa perundungan anak disertai kekerasan di Makassar berdasarkan pengakuan orang tua korban diklaim hanya untuk konten media sosial oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar, Sulawesi Selatan. https://voi.id/berita/123822/kekerasan-yang-dialami-anaknya-disebut-hanya-konten-orang-tua-kami-sangat-kecewa
Jadi sampai pejabat sekelas Kadis sendiri yang ikut membenarkan bahwa itu hanyalah demi konten semata menunjukkan betapa literasi digital untuk pejabat itu masih kurang. Padahal kejadian tersebut terjadi pada Jumat 7 Januari 2021, namun baru ketahuan setelah video dugaan perundungan disertai kekerasan itu viral di media sosial dan menjadi perbincangan pada Senin, 10 Januari.
Miris, pihak Dinas Pendidikan melalui Kepala Dinas Muhyiddin memberikan komentar kepada media bahwa kejadian itu hanya pembuatan konten di medsos. Selidik punya selidik, setelah di perhatikan secara seksama perlakuannya adalah tindakan kekerasan.
Ini menunjukkan bukan hanya minimnya literasi tapi membuat siswa atau pelajar jadi merasa tidak aman berada di sekolahnya atau di lingkungan dia bergaul. Ditambah lagi dengan tidak adanya empati atau simpati kepada korban makin membuat derita korban semakin bertambah secara psikis.
Pihak Kominfo sudah bekerja keras untuk memutus akses konten kekerasan tapi kejadian di masyarakat malah terjadi pembiaran. Jadi sampai akhir Mei 2022, Kementerian Kominfo telah memutus akses 2.885.471 konten negatif baik yang tersebar melalui situs ataupun platform media sosial.
Kementerian Kominfo sendiri terus melakukan kegiatan literasi digital melalui Gerakan Nasional Literasi Digital yang menyasar 5.5 juta masyarakat Indonesia di tahun 2022. Kegiatan tersebut terus dilakukan untuk mewujudkan ruang digital Indonesia yang aman dan produktif.
Alangkah baiknya pihak penyelenggara pendidikan di sekolah-sekolah di Indonesia harus terus diberikan pengarahan dan himbauan lebih lanjut. Ketika murid atau pelajar tidak mendapat contoh dan teladan dari sekolah maka mereka akan bertindak lebih jauh lagi.
Kominfo memang sudah bekerja keras bersama Kemendikbudristek untuk membuat pelatihan tetapi jika para pemangku kebijakan sendiri tidak serius menyikapi literasi digital maka ini akan mubazir. Perlu perhatian khusus para pemangku kebijakan mendukung kenyamanan pelajar di sekolah serta memberikan model dan teladan serta mengayomi para pelajar melalui kepeduliannya kepada para pelajar di sekolah.
Salam sehat Indonesia
Reyzha, pegiat literasi digital juga pendukung #WarasBernegara
#SayaSPARTAN