banner 728x250

Pancasila: Dasar Negara dari Ende, NTT untuk Nusantara

Ini adalah sebentuk literasi digital demi kesadaran kebangsaan kita. Ende adalah rahim Pancasila, tapi tak semua orang tahu fakta ini.

Di bawah pohon Sukun di Endeini Soekarno merenungkan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
Di bawah pohon Sukun ini Soekarno merenungkan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
banner 120x600
banner 468x60

1 Juni adalah Hari Lahir Pancasila. Sedangkan 1 Oktober adalah Hari Kesaktian Pancasila. Khusus tahun ini, peryaan pada 1 Juni 2022 dikemas secara istimewa. Pusat perayaan peringatannya dibuat di Ende, sebuah kota kecil di pedalaman Flores, NTT.

Jokowi disambut di Ende

banner 325x300

Mengapa harus Ende dan bukan di Jakarta sebagaimana biasanya selama ini? Sebab, bukankah jika yang diperingati adalah hari  lahir maka yang diperingati adalah peristiwa seputar kelahirannya, bukan?

Jika yang ditilik adalah peristiwa seputar kelahirannya, maka Jakarta yang paling patut. Sebab pada 1 Juni 1945 beberapa putra terbaik bangsa tampil di depan sidang BPUPKI. Masing-masing tokoh itu presentasikan ide tentang apa yang akan menjadi dasar negara. Sidang itu diadakan di Jakarta tepatnya di Gedung Pancasila yang mana saat peristiwa itu berlangsung, masih bernama gedung Chuo Sangi In.

Sidang berlangsung beberapa kali sampai akhirnya Pancasila usulan Ir. Soekarno yang disepakati sebagai dasar negara kita. Lalu, melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 24 Tahun 2016, Pemerintah menetapkan tanggal 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila. Tanggal 1 Juni juga ditetapkan sebagai hari libur nasional.

Peristiwa inilah yang hendak diperingati dalam perayaan Hari Lahir Pancasila.

Pancasila dari Ende, NTT

Tetapi sepertinya pemerintah punya pertimbangan berbeda khususnya untuk perayaan tahun ini. Jakarta tidak lagi menjadi kota pusat perayaan melainkan Ende, sebuah kota di Provinsi NTT. Motif apakah yang ada di baliknya?

Sebelum menjawabnya, baiknya kita dibagikan fakta dulu tentang Ende dalam kaitannya dengan Pancasila. Ternyata, di Ende inilah Soekarno pada beberapa tahun sebelum sidang BPUPKI itu digelar telah menemukan Pancasila.

Hasil ramuan dari sumber-sumber berikut, fakta sejarah itu kita temukan yakni:

1. Bung Karno dan Kehidupan Berpikir Dalam Islam karya Solichin Salam.
2. Bung Karno dan Pancasila, Ilham dari Flores untuk Nusantara karya Tim Nusa Indah.

Sumber-sumber itu sama-sama mengutip pernyataan Soekarno bahwa pada saat ia dibuang di Ende oleh Kompeni Belandalah dia menemukan ilham tentang Pancasila. Itu berarti pada rentang antara 1934-1938.

Saat itu, Ende yang merupakan kampung kecil di pinggiran pantai di Flores bagian tengah, NTT, adalah tempat di mana Proklamator kita Ir. Soekarno diasingkan oleh Belanda bersama istrinya saat itu, Ibu Inggid Garnasih dan mertuanya, Ibu Amsi juga Ratna Djuami, anak angkat beliau.

Saat di Ende itulah selama 4 tahun (1934-1938), Soekarno sering menyendiri di sore hari sekira 700m dari rumah kediamannya. Tempat yang selalu dipakainya menikmati mentari senja saat itu ialah sebuah pohon sukun yang kini telah mati kemakan zaman.

Kelak tempat ini dinamakan sebagai Taman Renungan Bung Karno. Sedang pengganti pohon sukun yang rubuh pada 1960 dinamai Pohon Pancasila, ditanam pada 1981, di taman itu. Anda sekalian bisa menyaksikan tempat itu sekarang sebagaimana ditampilkan dalam gambar cover artikel ini.

Kembali ke pertanyaan, apa motifasi pemerintah di balik terpilihnya kota Ende sebagai pusat perayaan Hari Lahir Pancasila?

Selain tujuan promosi pariwisata seperti yang diungkap Menteri Pariwisata Sandiaga Uno, spirit kebhinekaan sepertinya hendak direvitalisasikan kembali. Jadi, di samping tujuan promosi pariwisata NTT, kebhinekaan yang ada di Ende hendak ditonjolkan kembali untuk jadi teladan hidup berbangsa.

Ende adalah rahim kebhinekaan yang sulit untuk dibantah. Sejak Indonesia belum berdiri, (terbukti dari kesaksian Ir. Soekarno sendiri), di Ende akan mudah dijumpai keluarga-keluarga yang serumah bisa beda agama.

Ende, Kota Toleransi

Mengapa Pancasila bisa ditemukan di Ende dan bukan di tempat lain? Ini terjadi karena persentuhan sejarah pemikiran Soekarno saat di Ende itu dengan 2 orang misionaris (pastor/pater/romo) asal Belanda yakni P Johanes Bouma, SVD dan P Gerardus Huijtink, SVD. Sedang Soekarno sendiri menempati rumah warga muslim bernama Abdullah Amburawu.

Nah, selain aktif berdiskusi dengan teman-teman yang merupakan misionaris itu, Soekarno juga aktif berkorespondensi dengan temannya yakni A Hassan, seorang ulama modernis Islam terkenal dan tokoh organisasi Persatuan Islam (Persis). Surat menyurat antara keduanya berlangsung sejak 1 Desember 1934 hingga 17 Oktober 1936.

Sukarno mengagumi pemikiran T. A. Hassan yang tertuang dalam tulisan-tulisan di majalah Al Lisan dan Pembela Islam. Kala itu, media tersebut mendapat hati di kalangan kaum elite intelektual modern, termasuk Bung Karno.

Terlebih, Bung Karno dan T. A. Hasan pernah berjumpa di Percetakan Drukerij Economy milik pengusaha Cina di Bandung. Kesadaran diri seorang Muslim itu datang beriringan dengan kesadaran anti-kolonialisme dalam diri Sukarno di masa remajanya. Hal ini sangat dipengaruhi keterlibatannya dalam kegiatan pergerakan Sarekat Islam yang anti-kolonial pada masa itu. Karena itu, Islam yang berkembang dalam diri Sukarno adalah Islam yang anti-penindasan dan penjajahan.

Akan tetapi, tetap saja cakrawala berpikir Sukarno tidak terbatas pada satu paradigma religiusitas ke-Islam-an saja. Ia juga menyerap ajaran-ajaran teologis lainnya yang hidup dalam alam pikiran masyarakat nusantara, terutama karena pengaruh tukar pikirannya dengan kedua romo di Ende itu juga karena ibunya adalah dari keluarga Hindu Bali dan itu makin memperkaya keyakinannya akan Sang Khalik.

Itu semua adalah bahan atau kondisi yang kemudian membuat Soekarno terilhami untuk merumuskan apa yang kini kita kenal sebagai PANCASILA.

Ya, di Ende – Flores, NTT, tepatnya di bawah sebuah pohon Sukun, di Kampung Ambugaga, dasar dari negara besar dengan kebhinekaannya yang sangat kaya ini ditemukan Soekarno. Harusnya, tak jadi soal bila dikatakan bahwa Ende adalah rahim yang melahirkan Pancasila. Soekarno adalah bidannya.

Panjang Umur, Pancasilaku!

Saya Aven, pegiat literasi kebangsaan, pelontar tagar #WarasBernegara, #SayaSPARTAN

banner 325x300