banner 728x250

Pertemuan Budiman Sudjatmiko dengan Prabowo. Serius atau Gimmick?

banner 120x600
banner 468x60

Ramai di luaran kabar berlabuhnya Budiman Sudjatmiko ke kubu Prabowo yang ditandai dengan kedatangan Budiman ke kediaman Prabowo di Kertanegara. Dalam pertemuan itu, dikabarkan Budiman sempat memuji Prabowo sebagai salah satu sosok yang pantas menjadi pemimpin Indonesia. Banyak pengamat memperkirakan, Budiman akan kena tegur PDIP terkait kasus tersebut.

Secara pribadi, saya tidak terkejut dengan manuver Budiman ini. Dan saya juga yakin, PDIP tidak akan menegur Budiman. Kalaupun menegur, pasti hanyalah teguran halus tanpa embel-embel pemecatan.

banner 325x300

Mengapa saya begitu yakin? Ada beberapa alasan. Tapi alasan yang paling mendasar adalah, Jokowi cawe-cawe. Manuver Budiman, menurut saya, adalah salah satu Tindakan yang berhubungan dengan cawe-cawenya Jokowi untuk menentukan Presiden 2024.

Seperti yang kita ketahui, saat ini ada 3 calon Presiden yang selalu muncul dalam survey yang dilakukan oleh semua Lembaga. Mereka adalah Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan. Ketiga nama ini selalu muncul dengan posisi yang kadang kala berubah urutan. Kadang Ganjar di urutan pertama, Prabowo di urutan kedua, dan Anies di urutan ketiga. Di lain hari, Prabowo di urutan pertama dan Ganjar di urutan kedua. Di lain kesempatan, Anies menduduki urutan pertama, diikuti Prabowo dan Ganjar.

Yang jelas, ketiga nama itu selalu muncul dan menjadi kandidat kuat untuk menjadi calon Presiden Republik Indonesia tahun 2024 besok.

Namun ada hal yang tidak disadari oleh mayoritas penduduk atau peserta survey. Dari ketiga nama itu, hanya Ganjar Pranowo yang pasti menjadi calon Presiden. Hal ini disebabkan perolehan suara PDIP secara nasional melebihi 20% sehingga mereka dapat mencalonkan calon Presiden sendiri tanpa koalisi dengan partai lain.

Sementara Prabowo yang diajukan Gerindra dan Anies yang dijagokan Nasdem harus berkoalisi dengan partai lain untuk dapat mengajukan jago mereka.

Manuver dua calon ini membuat Jokowi khawatir. Dari sisi pendukung, Prabowo dijagokan oleh kubu nasionalis, sama dengan Ganjar. Sementara Anies didukung oleh kaum agamis garis keras. Kekhawatiran ini beralasan. Suara nasionalis terpecah menjadi dua kubu. Satu kubu mendukung Ganjar, sementara kubu yang lain mendukung Prabowo.

Tapi pasti ada yang langsung memprotes saya. Suara kubu Anies tidak akan mampu menyaingi kubu nasionalis meskipun kubu nasionalis terpecah menjadi dua.

Keyakinan ini sangat wajar dan membuat euphoria di mana-mana. Seakan-akan Ganjar sudah pasti menang dan menjadi Presiden Republik Indonesia. Dan sikap seperti ini sangat berbahaya.

Ingat kasus pilgub DKI 2017? Saat itu, kubu Ahok begitu yakin Ahok akan menang. Tapi apa yang terjadi? Kita semua tahu hasilnya.

Nah, berangkat dari hal itu, kekhawatiran muncul. Kubu Anies tetap harus diwaspadai. Kita harus ingat, Anies adalah anak emas Jusuf Kalla, tokoh Golkar yang pengaruhnya masih sangat besar.

Jusuf Kalla dengan pengaruhnya dapat menyetir Golkar dan nantinya akan mendukung Anies untuk menjadi calon Presiden. Kekuatan dan pengaruh Airlangga Hartarto, ketua umum Golkar saat ini, saya kira masih kalah dengan pengaruh JK di Golkar.

Apalagi saat ini muncul rumor akan adanya Munaslub di Golkar untuk memakzulkan Airlangga Hartarto dari kursi Ketua Umum Golkar. Jika rumor ini benar, dan loyalis JK yang menjadi Ketua Umum, dapat dipastikan Golkar akan berlabuh ke Anies dan mereka akan berkoalisi dengan Nasdem. Ditambah PKS, yang jelas-jelas mendukung Nasdem, Anies dapat melenggang menjadi capres yang diajukan koalisi GPN (Golkar, PKS, Nasdem).

Jika ini terjadi, mesin partai Golkar loyalis JK akan bekerja keras memenangkan Anies. Loyalis JK bukan hanya di partai Golkar. Mereka tersebar di beberapa partai besar. Dan mereka dapat menggerus suara partai nasionalis. Sekali lagi, jika ini terjadi, Anies Presiden RI akan menjadi kenyataan. Jika ini terjadi, sekali lagi, HTI, FPI dan organisasi intoleran akan merajalela di Indonesia. Mengerikan, kan?

Karena itu, kubu nasionalis harus Bersatu. Terutama nasionalis yang berada di partai besar peraih suara terbanyak. Dan itu artinya PDIP dan Gerindra harus Bersatu.

Saat ini, slogan GP untuk RI 2024, Ganjar Pranowo untuk RI 2024, tetap akan menjadi GP untuk RI 2024. Tetapi bukan lagi Ganjar Pranowo, tetapi menjadi Ganjar Prabowo untuk RI 1 dan RI 2 tahun 2024.

Itu salah satu cawe-cawe Jokowi untuk mengamankan pemilu dan mengamankan negara kita dari kekacauan. Jadi, kedatangan Budiman ke Prabowo adalah salah satu manuver Jokowi. Dan ingat, Budiman mengatakan bahwa Prabowo adalah salah satu sosok pemimpin. Salah satu sosok. Sosok yang lain adalah Ganjar Pranowo.

Dan ingat, itu hanya salah satu manuver Jokowi untuk cawe-cawe. Ada manuver lain? Pastilah ada. Karena permainan catur itu bukan hanya menyerang dari satu sisi, tapi dari segala sisi dengan mengerahkan para Menteri, kuda, dan yang lainnya. Kita tunggu saja.

 

Salam sehat Indonesia

 

#WarasBernegara

#SayaSPARTAN

 

 

Sumber:

https://news.detik.com/pemilu/d-6831716/pertemuan-budiman-sudjatmiko-dengan-prabowo-dinilai-bikin-pdip-tak-senang

 

banner 325x300