Pidato Jokowi di KTT peringatan 45 tahun ASEAN-Uni Eropa sungguh pedas dan keras. Gayanya memang santun, senyum dan tertawa dengan suaranya yang khas. Terutama pada saat sesi foto bersama Presiden Uni Eropa, Jokowi tersenyum dan tertawa-tawa. Tetapi kata-katanya pedas sekali saat menyampaikan pidato. Sangat menohok dan langsung. Tidak ada sindiran. Langsung, ‘to the point’ seperti petinju yang langsung melancarkan jab ke wajah lawan.
Entah bagaimana wajah para petinggi Uni Eropa saat mendengar Jokowi mengatakan kata-kata yang pedas tersebut.
Awalnya memang Jokowi mengatakan hal-hal yang baik.
“Kemitraan ini telah menghasilkan hal-hal yang baik.”
Namun kata-kata selanjutnya sungguh keras. Langsung menohok.
“Namun saya harus mengatakan bahwa kemitraan ini tidak dalam keadaan baik-baik saja.”
Dari sini Jokowi mulai memberikan pukulan-pukulan keras ke Uni Eropa. Mungkin orang memandang bahwa kemitraan antara ASEAN dan Uni Eropa terlihat baik-baik saja. Tetapi bagi pakdhe Jokowi, tidak. Kemitraan ini tidak dalam keadaan baik. Ada kesenjangan di sana. Karena itu, Jokowi mendorong adanya kemitraan yang setara.
“Jika kita ingin membangun sebuah kemitraan yang baik, maka kemitraan harus didasarkan pada kesetaraan, tidak boleh ada pemaksaan. Tidak boleh lagi ada pihak yang selalu mendikte dan beranggapan bahwa my standard is better than yours.”
Kemitraan memang harus berjalan dalam kesetaraan. Ketika Jokowi mengatakan hal seperti itu, berarti memang selama ini ada kesenjangan. Ada pemaksaan salah satu pihak ke pihak yang lain. Dan dalam hal ini, kita tahu, pihak Uni Eropa yang selalu memaksakan kehendak.
Dari kata-kata Jokowi, kita bisa menyimpulkan, pihak Uni Eropa selalu mendikte ASEAN, dan mereka menganggap bahwa standard mereka (Uni Eropa) lebih baik dari standard ASEAN.
Kita pasti masih ingat kasus penghentian ekspor nikel dalam bentuk bahan mentah ke Uni Eropa. Jokowi ingin ekspor nikel dalam bentuk jadi, atau setengah jadi supaya mendapatkan nilai tambah. Tetapi kita tahu, bagaimana UE menentang hal itu. Bahkan membawa kasus ini ke sidang WTO.
Jokowi melihat ada pemaksaan di sini. Ada kemitraan yang tidak sehat. Kemitraan yang saat ini berjalan, masih ada kesenjangan, ada ketidaksetaraan. Ada pihak yang merasa lebih superior dibanding pihak yang lain. Jokowi melihat ini, dan ‘mengecam’nya.
Lalu Jokowi menyampaikan bahwa saat ini dan di masa depan, kawasan ASEAN akan tetap merupakan pusat pertumbuhan ekonomi. Jokowi menekankan bahwa pentingnya peran ASEAN dalam pertumbuhan ekonomi dunia.
Jika kita melihat gestur Jokowi, terlihat ada sedikit kejengkelan saat mengucapkan pidato tersebut. Tapi pada saat yang sama, mimik mukanya memperlihatkan kebanggaan. Apalagi saat menyampaikan bahwa ASEAN memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi dunia. Dia seakan-akan menyindir para pemimpin Uni Eropa. Seakan dia mengatakan, “ASEAN itu penting. Jadi jangan macam-macam dengan ASEAN.”
“Dengan demikian kemitraan dengan ASEAN dipastikan akan menguntungkan”.
Tidak ada ruginya sama sekali bila menjalin kemitraan dengan ASEAN. Bahkan akan memberikan keuntungan ke Uni Eropa. Jadi, jangan macam-macam sama ASEAN.
Jokowi tidak hanya memberikan pukulan, tetapi dia juga memberikan harapan, bahwa ke depannya hubungan dapat terjalin dengan lebih baik.
“Dari pandemi dan krisis multidimensi yang kita hadapi saat ini, kita petik pelajaran penting bahwa tumbuh dan makmur bersama adalah satu-satunya pilihan. Kita tidak hanya harus maju bersama, namun juga harus maju setara.”
Itulah kemitraan yang baik. yang setara, saling menguntungkan. Tidak hanya maju bersama, tapi juga harus maju setara.
Mantap sekali pidato Jokowi itu. Keras, dan langsung disampaikan di depan orangnya. Suka saya.
Salam sehat Indonesia
Sumber: