banner 728x250

Silent Majority is Speakaing, SPARTAN Nusantara Namanya

Ini bukan akibat perang perebutan lumbung suara, kan?

banner 120x600
banner 468x60

Silent majority hanya diam? Itu cerita masa lalu, saat negara dibiarkan berjalan nyaris autopilot. Itu juga kisah saat aliran berideologi transnasionalisme merangsek diam-diam, menguasai nyaris seluruh sendi-sendi penting kehidupan bernegara.

Silent majority rupanya tak selalu mengalirkan kasih dan penghargaan akan kehidupan. Sebab ternyata, itu jadi pintu masuk bagi musuh menancapkan kuku-kuku paham anti-Pancasila dan UUD 1945.

banner 325x300

Silent majority memang tidak sepenuhnya diam, hanya berbicara dengan bahasa yang berbeda. Namun, rupanya tak cukup untuk menjamin selamatnya NKRI.

Papan bunga yang kerap mereka kirim memang lebih berbicara daripada semua demo yang pakai tiga angka, 212 dan  seketurunan angka sableng lainnya. Tapi terbukti, bunga yang sama bahkan kita pakai untuk menabur hormat di pusara para tumbal pembela tegaknya republik.

Silent majority memang tidak bikin macet dan tidak perlu mengerahkan massa banyak-banyak, hanya tukang kirim bunga ygang wara-wiri ke lokasi penempatan. Namun, karangan bunga rupanya tak cukup untuk membungkam keberingasan kaum BIGOT; bebal, idiot, goblok, oon dan tolol yang merasa diri mereka paling berhak menentukan jalannya negara.

Silent majority memang nyata tidak bikin rusuh, karena bahasa bunga adalah bahasa cinta dan perdamaian. Tapi pengkhianat mana yang mampu mengerti bahasa cinta?

Silent majority tidak bikin takut, tapi sial, itu dimanfaatkan para brutus untuk muluskan nafsu busuk.

Silent majority itu memang  tidak teriak-teriak, karena kalbunya dipenuhi rasa percaya pada mereka yang diberi amanah. Sayang, ketulusan sehebat itu justru jadi celah bagi komprador-komprador merampok hak-hak kaum tunakuasa.

Silent majority juga tidak bawa-bawa agama, karena bunga yang sering mereka persembahkan adalah simbol agama universal, hadir di tiap acara keagamaan apapun. Tapi juga sayang, kerelaan sedahsyat itu membuat agama-agama mereka malah dibajak segelintir kaumnya untuk mengafir-ngafirkan sesama, padahal bahkan malaikat saja tak ada yang berani mencaplok hak prerogatif Tuhan.

Silent majority, bukanlah para bohir yang perlu buang uang milyaran buat kasih makan dan ongkos pendemo, karena uang harusnya menghasilkan kesejahteraan untuk sesama dalam kebersamaan. Nyatanya, ketulusan itu kerap dibalas dengan hadirnya kebijakan-kebijakan publik yang tidak prorakyat.

Bunga dari Silent Majority memang bukan sekadar bunga, itu adalah wujud perlawanan atas ketidakadilan dan keserakahan status quo.

Revolusi Bunga. Begitulah kalau mau kita beri gelar untuk gerakan kaum bisu itu. Tapi bunga apakah yang telah dikalungkan di leher-leher mereka yang oleh kacamata hukum dinilai melanggar, faktanya mereka hanya hendak ingin menyambung hidup dari menggarap lahan tidur milik negara?

Bagaimana mengubah dukungan hati yang mencintai supaya berbuah?

Berisiklah sampai mendenging, hingga langit pun sampai terguncang.

Itulah Suara Profesional dan Relawan Tangguh untuk Negeri, SPARTAN.

Negara…, tandailah! Silent Majority sebentar lagi menjadi Noissy Majority. Berjalanlah dalam koridor yang benar agar mereka kembali menjadi Silent Majority.

Bagaimana Tuan-tuan…?

_______
Aven Jaman, pegiat literasi, pelontar tagar #WarasBernegara, #SayaSPARTAN

banner 325x300